rumus mengatur gaji

13 Rumus Mengatur Gaji yang Paling Efektif dan Anti Boros

13 Rumus Mengatur Gaji yang Paling Efektif dan Anti Boros
rumus mengatur gaji

Rumus mengatur gaji adalah hal penting yang perlu dipahami agar pengelolaan keuangan tetap sehat. 

Banyak orang menunggu gajian, namun sering kali tanpa perhitungan yang tepat, kondisi keuangan bisa menjadi kacau. Oleh karena itu, rumus dalam mengatur gaji dengan bijak sangat diperlukan agar gaji yang diterima bisa cukup hingga bulan berikutnya.

Namun, mengatur gaji bukanlah hal yang mudah dan sering kali menjadi tantangan tersendiri bagi setiap individu. 

Untuk itu, simak rumus mengatur gaji yang efektif dalam artikel ini agar keuangan tetap terjaga.

Penyebab Gaji tidak Bisa Ditabung

Secara umum, untuk mengelola keuangan dengan lebih baik, disarankan agar 30 persen dari gaji bulanan langsung disisihkan untuk tabungan, sementara sisanya digunakan untuk berbagai kebutuhan, mulai dari cicilan, kebutuhan sehari-hari, hingga hiburan.

Agar rumus ini dapat diterapkan dengan efektif, ada beberapa faktor yang perlu diubah agar rencana menabung tidak terganggu, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Gaya hidup

Mungkin kamu termasuk orang yang aktif bersosialisasi di lingkungan perkotaan. Selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, gaji yang diterima juga sering digunakan untuk kegiatan nongkrong bersama teman-teman. 

Kebutuhan sosial memang penting untuk mengurangi stres, namun kebiasaan ini sering kali menguras sebagian besar gaji bulananmu.

Untuk itu, gaya hidup seperti ini perlu dikelola dengan bijak. Tidak perlu menghilangkan kebutuhan untuk bersosialisasi, tetapi lebih baik jika kamu bisa mengurangi frekuensi nongkrong atau memilih tempat yang lebih ramah anggaran.

2. Mengubah kebiasaan menunda

Seperti yang sudah disebutkan, seringkali menabung menjadi hal yang terabaikan demi memenuhi kebutuhan lainnya. 

Misalnya, jika gajimu berasal dari pekerjaan tetap dan juga penghasilan tambahan sebagai freelancer, seringkali tabungan baru dilakukan setelah menerima gaji penuh.

Meskipun tidak sepenuhnya salah, kebiasaan menunda ini meningkatkan risiko gagal menabung. Untuk mengatasinya, kamu bisa membuat kebiasaan memotong sebagian dari penghasilan yang diterima langsung untuk tabungan. 

Dengan cara ini, kamu tidak memberi kesempatan untuk menunda tabungan demi keperluan lain.

3. Menabung itu "kuno"

Mungkin kamu menganut prinsip hidup "nikmati hidup sekarang," seolah hidup hanya berakhir di hari ini. 

Prinsip ini membuat kewajiban menabung terasa tidak menyenangkan, karena akan mengurangi kesenangan yang bisa kamu rasakan dengan seluruh gaji bulanan yang diterima. 

Namun, perlu diingat bahwa hidup tidak hanya berhenti di sini. Masih ada hari esok, minggu depan, bahkan bertahun-tahun mendatang. 

Di masa depan, siapa yang tahu bagaimana tren kebutuhan hidup akan berkembang. Bisa jadi kesempatan untuk mempersiapkan diri hanya datang saat ini.

Untuk mengubah pandangan tersebut, cobalah untuk menetapkan tujuan besar di masa depan, bukan hanya mengejar kepuasan sesaat. Dengan menetapkan target jangka panjang, kamu akan lebih termotivasi untuk menabung.

4. Khawatir kekurangan

Ketakutan akan kekurangan sering kali menghantui banyak orang, apalagi dengan kebutuhan hidup yang semakin tinggi dan ditambah dengan cicilan yang membebani. 

Hal ini membuat banyak orang lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan harian tanpa menyisihkan dana untuk tabungan. 

Jika ini terjadi padamu, cobalah untuk mengubah gaya hidup dengan memangkas pengeluaran yang tidak esensial dan mengalihkan dana tersebut ke pos tabungan.

5. Fobia uang

Bukan karena tidak bisa menabung, tetapi kamu justru cenderung menghabiskan uang yang diterima karena ketakutan berlebihan terhadap kepemilikan uang dalam jumlah besar. 

Chrometophobia, atau fobia terhadap uang, memang terdengar aneh, tetapi bisa jadi masalah nyata. Orang yang mengidap fobia ini mungkin merasa tidak cukup terampil untuk mengelola uang dan takut kehilangan uang karena investasi yang buruk. 

Akibatnya, daripada menyimpannya sebagai tabungan atau investasi, uang yang diterima justru dihabiskan begitu saja.

Jika kamu mengalami hal ini, sebaiknya konsultasikan masalah tersebut dengan seorang psikiater. Dengan cara ini, kamu bisa mendapatkan solusi terbaik untuk mengatasi perasaan tersebut.

6. Terlalu royal

Menjadi dermawan memang hal yang baik, namun kamu juga perlu memperhatikan kondisi keuangan pribadi. Jangan sampai kamu mengorbankan masa depan hanya karena terlalu royal dalam memberikan uang. 

Memang, uang sangat dibutuhkan oleh mereka yang kurang beruntung, tetapi tak ada salahnya untuk menyesuaikan kedermawananmu setelah memastikan kebutuhan tabunganmu tercukupi.

7. Punya kebiasaan buruk

Kebiasaan yang kamu miliki mencerminkan kualitas hidup yang dijalani. Mengubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Proses ini memerlukan waktu dan konsistensi yang baik. 

Jika ingin memiliki kebiasaan menabung yang baik, kamu perlu memulainya sejak awal. Tidak masalah jika dimulai perlahan, yang penting adalah konsistensinya.

8. Perhatikan juga pasanganmu

Mungkin kamu sudah bisa menerapkan kebiasaan menabung dengan baik, namun hal ini belum tentu berlaku pada pasanganmu. Jika demikian, satu-satunya solusi adalah dengan membicarakan hal ini bersama pasangan.

Cobalah untuk memberi pengertian bahwa menabung adalah hal yang penting untuk mengamankan masa depan kalian berdua. Dukung satu sama lain untuk mengubah gaya hidup agar tabungan tetap terjaga.

9. Tak memiliki target finansial

Banyak orang yang kesulitan menabung karena mereka tidak memiliki target atau tujuan finansial yang jelas. Oleh karena itu, menetapkan target-target dan tujuan yang ingin dicapai di masa depan sangat penting. 

Tanamkan ide tentang target finansial ini dalam pikiranmu, sehingga menabung bukan lagi menjadi kewajiban, tetapi kebutuhan yang harus dipenuhi.

10. Kurang motivasi

Motivasi adalah kunci utama dalam keberhasilan menabung. Meskipun kamu sudah menjalankan semua langkah dengan baik, memenuhi setiap pos keuangan termasuk tabungan, dan hidup berjalan lancar, masa depan tetap penuh ketidakpastian. 

Kamu mungkin sudah merencanakan dan menghitung segala hal dengan cermat, namun tak ada yang bisa memprediksi nasib. Misalnya, tiba-tiba harus mengeluarkan uang dalam jumlah besar karena sakit atau terkena tilang polisi. 

Kejadian-kejadian tak terduga seperti ini bisa mengganggu rencana tabunganmu. Namun, jangan biarkan hal tersebut membuatmu malas menabung lagi. 

Inilah salah satu fungsi utama tabungan, untuk menghadapi hal-hal yang tak terduga. Tetap pertahankan motivasi menabung meski menghadapi tantangan.

11. Menunda menabung

Menunda-nunda untuk mulai menabung seringkali menjadi kebiasaan bagi orang yang memiliki penghasilan besar. Mereka merasa yakin bisa menyisihkan uang di akhir bulan. Padahal, hal itu tidak selalu terjadi. 

Godaan untuk belanja barang-barang yang tidak penting sering kali datang, yang akhirnya membuat rencana menabung terbengkalai. Jika kamu terus menerus menunda, maka akan semakin sulit untuk menabung setiap bulannya.

12. Salah dalam berhutang

Meskipun memiliki penghasilan tinggi, kamu mungkin merasa perlu berhutang. Berhutang sebenarnya tidak masalah, asalkan tidak disalahgunakan. 

Yang penting adalah memperhatikan rasio utang terhadap pendapatan, yang idealnya berada di kisaran 35 persen. 

Angka ini diyakini cukup aman dan memungkinkan kamu untuk membayar utang tepat waktu tanpa mengganggu keuangan pribadi.

Rumus Mengatur Gaji

Mengelola keuangan dengan bijak tidak selalu berarti harus memiliki pengalaman atau menjadi ahli dalam matematika. 

Tantangan utama adalah menemukan cara yang tepat untuk menyisihkan sebagian dari gaji, melunasi utang, menutupi kebutuhan dasar, dan tetap fokus pada pencapaian tujuan keuangan. Dalam hal ini, rumus mengatur gaji yang efektif dapat membantu mencapainya.

1. Rumus 4 3 2 1

a. Alokasikan 40% untuk Kebutuhan Sehari-hari

Rumus pertama dalam mengatur gaji adalah dengan menyisihkan 40% dari gaji bulanan untuk kebutuhan sehari-hari. Pengeluaran ini mencakup biaya makan, transportasi, internet, listrik, belanja bulanan, pulsa, dan kebutuhan lainnya. 

Sebagai contoh, jika gaji bulananmu Rp 7.000.000, maka alokasikan Rp 2.800.000 untuk kebutuhan utama tersebut. Jika ada sisa dari alokasi ini, kamu bisa menabung atau menyimpannya sebagai dana darurat.

b. Alokasikan 30% untuk Cicilan dan Tagihan

Memiliki cicilan atau tagihan adalah hal yang biasa, namun sebaiknya pastikan pengeluaran untuk tagihan tidak melebihi 30% dari total gaji bulanan. 

Perhitungan ini dikenal dengan debt service ratio, yang digunakan oleh lembaga keuangan untuk menilai kelayakan kreditmu. 

Untuk menghindari pengeluaran berlebihan, hindari perilaku konsumtif dan pastikan membayar tagihan tepat waktu agar terhindar dari denda dan menjaga skor kredit yang baik. 

Jika gaji bulananmu Rp 7.000.000, maka alokasikan maksimal Rp 2.100.000 untuk cicilan dan tagihan.

c. Alokasikan 20% untuk Tabungan, Investasi, atau Dana Darurat

Mengingat ketidakpastian masa depan, menyisihkan sebagian gaji untuk menabung adalah langkah yang penting. Sebaiknya, alokasikan minimal 20% dari gaji bulanan untuk tabungan, dana darurat, atau investasi.

Tabungan dan dana darurat memiliki tujuan yang berbeda. Tabungan digunakan untuk kebutuhan yang lebih umum seperti pendidikan anak, renovasi rumah, atau keperluan bisnis.

Sementara itu, dana darurat digunakan untuk situasi mendesak seperti biaya pengobatan atau hidup sehari-hari jika terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Jika kamu tertarik berinvestasi, mulailah dengan instrumen yang sesuai dengan profil risikomu, seperti emas atau reksadana bagi pemula. Dengan gaji Rp 7.000.000 per bulan, alokasikan maksimal Rp 1.400.000 untuk tabungan dan investasi. 

Jika memungkinkan, menyisihkan lebih dari 20% sangat dianjurkan, namun pastikan kebutuhan sehari-hari tetap terpenuhi.

d. Alokasikan 10% untuk Aktivitas Kebaikan

Sisa 10% dari gaji bulanan bisa dialokasikan untuk berbuat kebaikan. Gunakan sebagian penghasilan untuk bersedekah kepada mereka yang membutuhkan, berkontribusi dalam pembangunan tempat ibadah, atau merawat hewan peliharaan. 

Memberikan dukungan finansial kepada orang tua juga termasuk dalam kategori ini. Dengan mengalokasikan sebagian gaji untuk membantu sesama, kamu akan mendapatkan keberkahan yang lebih besar dalam hidup.

Itulah rumus 4-3-2-1 yang dapat kamu terapkan untuk mencapai perencanaan keuangan yang lebih matang: 40% untuk kebutuhan sehari-hari, 30% untuk membayar tagihan atau cicilan, 20% untuk menabung, dan 10% untuk berbuat kebaikan. 

Evaluasilah alokasi gajimu saat ini. Ingatlah satu kata kunci: "bijak." Bijaksanalah dalam menggunakan penghasilan untuk memenuhi berbagai kebutuhan, agar hidup lebih tenang dan masa depan lebih cerah.

2. Rumus 50/30/20

Metode 50/30/20 adalah rumus yang membagi gaji bulanan dalam tiga kategori utama, yaitu:

  • 50% untuk kebutuhan pokok seperti cicilan rumah, belanja makanan, dan lainnya.
  • 30% untuk pengeluaran untuk keinginan seperti layanan streaming, hangout, dan keinginan lainnya.
  • 20% untuk tabungan dan investasi guna mencapai tujuan finansial di masa depan.

Berikut penjelasan lebih rinci tentang masing-masing kategori:

a. Alokasi 50 Persen Gaji untuk Kebutuhan Pokok

Sebagian besar penghasilan sebaiknya dialokasikan untuk kebutuhan pokok sehari-hari. Ini mencakup pengeluaran untuk bahan makanan, kebutuhan mandi, biaya listrik, pulsa, transportasi, asuransi, dan lainnya.

Pastikan untuk menghitung 50 persen dari penghasilan bersih bulananmu. Agar lebih terkontrol, buat daftar pengeluaran setiap bulan agar tidak terjadi pemborosan. 

Sebagai contoh, jika penghasilanmu Rp4 juta, maka alokasikan Rp2 juta untuk kebutuhan pokok. Prioritaskan pengeluaran ini dengan bijak, membedakan mana yang benar-benar dibutuhkan dan mana yang hanya keinginan.

b. Alokasi 30 Persen Gaji untuk Keinginan

Setelah memenuhi kebutuhan pokok, kamu bisa mengalokasikan 30 persen dari gaji untuk hal-hal yang kamu inginkan. 

Ini bisa berupa langganan layanan streaming, jalan-jalan, staycation, atau belanja. Penting untuk memberi diri sendiri hadiah atau reward atas kerja kerasmu. 

Alokasi 30 persen ini bisa digunakan untuk hal-hal yang memberikan kebahagiaan atau kenyamanan pribadi. Kategori ini mencakup pengeluaran sekunder atau tersier yang tidak termasuk kebutuhan pokok.

c. Alokasi 20 Persen Gaji untuk Tabungan dan Investasi

Menabung dan berinvestasi adalah aspek penting dalam perencanaan keuangan yang sehat. Untuk mempersiapkan dana darurat, kamu bisa mengalokasikan sejumlah uang ke rekening khusus yang hanya digunakan untuk situasi tak terduga.

Selain menabung, investasi juga dapat meningkatkan penghasilanmu dan membantu meraih tujuan finansial di masa depan, seperti menyiapkan dana pernikahan, membeli rumah, atau mempersiapkan dana pensiun.

Contoh Simulasi Alokasi Gaji 50:30:20

Total Gaji Bulanan Bersih: Rp8.000.000,-

Alokasi (%) per Bulan Contoh Kebutuhan Jumlah Alokasi Gaji

50% (Kebutuhan Pokok & Penting) Tagihan listrik & air: Rp1.000.000,-; Makan, minum dan belanja bulanan: Rp1.500.000,-; Ongkos transportasi: Rp1.000.000,-; Internet dan pulsa: Rp200.000,-; Polis asuransi: Rp300.000,- Rp4.000.000,-

30% (Keinginan & Utang) Cicilan kredit motor: Rp700.000,-; Jajan dan hangout: Rp700.000,-; Langganan dan Hiburan Lain: Rp300.000,-; Beli pakaian dan sepatu: Rp500.000,- Rp2.400.000,-

20% (Investasi dan Tabungan) Tabungan dana darurat: Rp600.000,-; Investasi: Rp1.000.000,- Rp1.600.000,-

3. Rumus 70/20/10

Metode anggaran 70:20:10 adalah teknik pengelolaan keuangan yang membagi penghasilan dalam tiga kategori. Alokasi tersebut terdiri dari 70% untuk kebutuhan hidup, 20% untuk tabungan, dan 10% untuk investasi.

Metode ini cocok bagi kamu yang baru mulai merencanakan keuangan pribadi karena pembagian persentasenya cukup sederhana dan mudah diterapkan.

4. Metode 80:20

Metode budgeting 80:20, yang juga dikenal sebagai strategi Pareto, adalah cara yang efektif untuk menyusun rencana anggaran yang berfokus pada prioritas dan efisiensi pembagian keuangan.

Metode ini sangat cocok digunakan oleh pemula dalam perencanaan keuangan pribadi, karena pembagiannya yang sederhana. 

Dengan strategi ini, kamu bisa mengalokasikan 80% dari gaji untuk kebutuhan hidup sehari-hari, sementara 20% sisanya digunakan untuk investasi atau tabungan.

5. Metode Kakeibo

Metode kakeibo adalah pendekatan budgeting yang berasal dari Jepang dan dikenal efektif untuk hidup hemat. Sejak zaman dahulu, masyarakat Jepang telah mengadopsi metode ini untuk mengatur pengeluaran mereka.

Metode ini melibatkan menjawab beberapa pertanyaan penting dalam merencanakan keuangan pribadi, seperti:

  • Berapa banyak uang yang kamu miliki?
  • Berapa jumlah uang yang hendak dibelanjakan?
  • Berapa jumlah uang yang akan disimpan?
  • Bagaimana cara meningkatkan proses perencanaan keuangan?

Dengan menggunakan metode kakeibo, kamu bisa lebih sadar terhadap pengeluaran bulanan yang mungkin terlewatkan dalam daftar anggaran. 

Selain itu, metode ini juga berguna untuk melakukan introspeksi terhadap pengeluaran di bulan sebelumnya, sehingga kamu dapat membuat anggaran yang lebih baik di bulan berikutnya.

6. Metode Jar

Metode budgeting jar, atau toples, adalah teknik perencanaan keuangan yang telah lama digunakan dan terbukti efektif. Dalam metode ini, kamu akan membagi anggaran ke dalam enam kategori untuk menjaga keuangan tetap teratur dan terfokus.

Pembagian anggaran bisa disesuaikan dengan prioritas masing-masing, misalnya: 50% untuk kebutuhan utama, 10% untuk keperluan sekunder, 10% untuk pendidikan, 10% untuk menabung, 10% untuk investasi, dan 10% terakhir sebagai dana darurat. 

Dengan cara ini, pengeluaran menjadi lebih terstruktur dan kamu bisa lebih mudah memantau alokasi dana untuk setiap kategori.

7. Metode Amplop

Metode budgeting amplop adalah cara yang sangat sederhana namun efektif dalam mengelola pengeluaran. Dalam metode ini, kamu akan menyiapkan beberapa amplop yang masing-masing berisi uang untuk kategori pengeluaran tertentu.

Jumlah amplop dan kategori pengeluaran dapat disesuaikan dengan kebutuhanmu, seperti untuk kebutuhan primer, sekunder, tabungan, investasi, atau keperluan lainnya. 

Teknik ini sangat berguna jika kamu sering melakukan pembayaran tunai, karena kamu dapat langsung membatasi jumlah uang yang akan digunakan untuk setiap kategori sesuai dengan amplop yang telah disiapkan.

8. Metode 4 Amplop

Metode 4 amplop sangat cocok untuk kamu yang memiliki penghasilan terbatas dan ingin tetap mengatur keuangan dengan baik. 

Dalam metode ini, kamu akan memisahkan uang untuk pengeluaran utama terlebih dahulu, yang berkisar antara 10 hingga 30 persen dari total gaji. 

Setelah itu, sisa uangnya bisa dimasukkan ke dalam empat amplop terpisah: satu untuk investasi, satu untuk menabung, satu untuk makan di luar, dan satu lagi untuk transportasi. Dengan cara ini, pengeluaranmu menjadi lebih terorganisir dan terkontrol.

9. Metode Bola Salju

Metode bola salju adalah cara budgeting yang bertujuan untuk membantu kamu melunasi utang dengan lebih cepat dan efisien. Prinsip dari metode ini adalah dengan mengidentifikasi utang yang paling kecil terlebih dahulu, lalu melunasinya. 

Setelah utang kecil terbayar, kamu bisa beralih ke utang yang lebih besar. Metode ini memberikan rasa pencapaian yang lebih cepat, sehingga kamu akan lebih termotivasi untuk terus melunasi utang yang lebih besar.

10. Metode Bagi Dua

Metode bagi dua adalah teknik budgeting yang sangat sederhana dan mudah diikuti, terutama untuk pemula. 

Dalam metode ini, kamu hanya perlu membagi gaji bulanan menjadi dua bagian: satu bagian untuk kebutuhan sehari-hari dan satu bagian lagi untuk menabung. 

Meskipun sederhana, metode ini bisa sangat efektif sebagai langkah awal dalam perencanaan keuangan jangka panjang.

11. Metode Tunjangan Mingguan

Metode tunjangan mingguan adalah strategi perencanaan keuangan yang cocok untuk kamu yang menerima gaji secara mingguan. Dengan metode ini, kamu bisa merencanakan pengeluaran setiap minggu sesuai dengan jumlah gaji yang diterima. 

Pastikan untuk menyisihkan sekitar 20% dari penghasilan untuk tabungan atau investasi. Pendekatan ini akan membantu kamu mengelola keuangan secara lebih efektif dan terstruktur, sehingga dapat menghindari pengeluaran berlebihan.

12. Metode Usia Produktif

Metode ini ditujukan bagi mereka yang berada dalam usia produktif, terutama mereka yang mendekati usia 30 tahun. Pada usia ini, kamu tidak hanya perlu mengatur keuangan untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi juga harus mempersiapkan masa depan. 

Ini termasuk merencanakan keuangan dengan membeli asuransi jiwa dan menyisihkan dana darurat. Dengan begitu, kamu akan lebih siap menghadapi masa pensiun dan kebutuhan mendatang.

13. Metode Aplikasi Perencanaan Keuangan

Metode terakhir adalah dengan menggunakan aplikasi perencanaan keuangan yang kini banyak tersedia di smartphone. 

Aplikasi ini memungkinkan kamu untuk mengelola anggaran secara lebih efisien, dengan membagi pengeluaran ke dalam berbagai kategori. 

Selain itu, aplikasi ini juga memudahkan kamu untuk memantau pengeluaran harian dan melakukan evaluasi anggaran setiap bulannya, sehingga perencanaan keuangan menjadi lebih terorganisir.

Tips Mengatur Gaji Bulanan untuk Milenial dan Gen Z

Jika kamu termasuk dalam generasi milenial atau Gen Z, kamu sedang berada di usia yang penuh energi dan potensi konsumsi yang tinggi. 

Namun, penting untuk diingat bahwa pengelolaan keuangan yang baik akan membantu kamu agar penghasilan tidak terbuang sia-sia untuk hal-hal yang kurang penting. 

Berikut beberapa tips untuk mengatur gaji bulanan agar kondisi keuangan tetap sehat bagi generasi milenial dan Gen Z.

1. Melunasi Utang

Memiliki utang di era sekarang memang hal yang wajar, mengingat kebutuhan yang terus meningkat. Namun, pastikan kamu memiliki kemampuan untuk melunasinya. 

Setiap kali menerima gaji, prioritaskan untuk membayar cicilan utang dan tagihan terlebih dahulu. Setelah itu, baru alokasikan sisa uang untuk kebutuhan lainnya. Begitu utang terlunasi, kamu akan merasa lebih bebas dalam mengelola keuangan.

2. Mulai dengan Mencatat Pengeluaran

Kamu akan kesulitan dalam mengatur keuangan jika tidak tahu berapa banyak uang yang dikeluarkan setiap bulannya. Oleh karena itu, kebiasaan mencatat pengeluaran menjadi langkah pertama yang sangat penting dalam mengelola keuangan. 

Dengan mencatat pengeluaran, kamu bisa mengidentifikasi area yang bisa diperbaiki dan mengetahui pengeluaran mana yang bisa dikurangi. 

Mengelola keuangan yang baik dimulai dengan kesadaran akan pola belanja. Pastikan untuk melacak setiap pengeluaran agar bisa mengurangi pembelian barang yang tidak perlu.

3. Atur Penggunaan Dompet Digital dengan Hati-hati

Dompet digital sangat memudahkan kamu dalam melakukan transaksi sehari-hari. Namun, karena kemudahan tersebut, seringkali kamu tidak sadar sudah menghabiskan banyak uang. 

Oleh karena itu, penting untuk membatasi pengeluaran yang dilakukan melalui dompet digital. Pastikan pengeluaran tidak melebihi batas yang telah ditentukan agar kamu tetap bisa menabung.

Catat pengeluaran apa saja yang biasa dilakukan menggunakan dompet digital, seperti untuk transportasi, pembayaran tagihan, atau belanja kebutuhan harian. 

Sesuaikan jumlah transfer ke dompet digital dengan kebutuhan, dan hindari mentransfer lebih banyak uang jika tidak terlalu diperlukan. Dengan cara ini, pengeluaranmu bisa lebih terkontrol dan tidak membengkak.

4. Gunakan Layanan Paylater dengan Bijak

Layanan paylater memudahkan kamu untuk membeli barang sekarang dan membayar nanti. Namun, perlu diingat bahwa paylater berarti berutang dan biasanya ada bunga yang dikenakan. 

Oleh karena itu, gunakan paylater hanya untuk barang-barang yang benar-benar penting.

Jika ingin membeli gadget dengan paylater, pastikan itu benar-benar diperlukan, seperti untuk membeli laptop atau kamera dengan spesifikasi tinggi yang digunakan untuk pekerjaan. 

Hindari menggunakan paylater hanya untuk mengikuti tren atau membeli barang yang tidak terlalu dibutuhkan.

Selain itu, hindari menggunakan paylater untuk produk-produk yang tidak mendesak, seperti pakaian yang tidak terlalu penting atau makanan. Dengan cara ini, kamu bisa menjaga keuangan tetap sehat dan terhindar dari utang yang tidak perlu.

5. Mulai Menabung untuk Masa Depan

Menabung merupakan hal yang penting agar kamu memiliki cadangan dana untuk berbagai kebutuhan di masa depan. Jangan habiskan seluruh gaji tanpa menyisakan sedikit pun untuk ditabung, karena kita tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi ke depan.

Disarankan untuk memiliki dana darurat yang setidaknya mencakup pengeluaran selama 3 bulan. Akan lebih baik jika kamu bisa menabung hingga mencapai 6 bulan pengeluaran.

Dengan memiliki dana darurat, kamu akan lebih siap menghadapi situasi tak terduga. Selain itu, penting juga untuk menabung untuk tujuan jangka panjang, seperti dana pensiun. 

Kamu bisa memiliki beberapa pos tabungan lainnya, seperti untuk membeli rumah, kendaraan, biaya pendidikan, dan lainnya. Menetapkan tujuan tabungan akan membuat kamu lebih termotivasi untuk menabung daripada hanya menabung tanpa arah yang jelas.

6. Rencanakan Belanja dengan Bijak

Jika kamu merasa uang di rekening sudah hampir habis padahal belum akhir bulan, itu tandanya kamu perlu mulai merencanakan belanja dengan lebih baik. 

Dengan merencanakan pengeluaran sejak awal, kamu bisa tahu kemana uangmu pergi dan menghindari pengeluaran yang tidak perlu.

Catat semua pengeluaran untuk bulan depan, mulai dari cicilan, tagihan, hingga kebutuhan sehari-hari. 

Setelah itu, baru alokasikan dana untuk kebutuhan lainnya yang tidak terlalu mendesak. Dengan cara ini, pengeluaranmu akan lebih teratur dan kamu bisa menghindari pemborosan.

7. Mengecek Jumlah Uang di Rekening secara Berkala

Mengecek saldo rekening secara rutin sangat membantu dalam mengatur keuangan. Dengan memeriksa jumlah uang yang tersisa, kamu akan lebih berhati-hati dalam pengeluaran. 

Ingat, jangan gunakan uang yang ada di tabungan kecuali dalam keadaan yang sangat mendesak.

8. Pisahkan Kebutuhan dan Keinginan

Seringkali kita kesulitan membedakan antara barang atau layanan yang benar-benar dibutuhkan dan yang hanya merupakan keinginan semata. 

Oleh karena itu, mencatat pengeluaran menjadi sangat penting. Setelah mencatat, kamu akan lebih mudah menyadari pengeluaran yang sebenarnya tidak diperlukan.

Untuk memiliki keuangan yang lebih sehat, penting untuk bisa memisahkan antara kebutuhan dan keinginan. 

Sebelum membeli sesuatu, pertimbangkan apakah itu benar-benar penting dan akan digunakan, atau hanya pembelian impulsif yang bisa ditunda atau bahkan dihindari.

9. Mulai Investasi Sedini Mungkin

Investasi bukan hanya untuk mereka yang memiliki dana besar. Saat ini, siapa saja bisa berinvestasi, bahkan secara digital. Ada berbagai pilihan seperti investasi emas digital, reksa dana, dan saham yang semakin mudah diakses. 

Yang penting, kamu harus mempelajari dengan baik instrumen investasi yang ada. Pastikan itu sesuai dengan tujuan keuanganmu di masa depan dan cocok dengan profil risiko. Jangan pernah berinvestasi tanpa pemahaman yang cukup agar hasilnya maksimal.

10. Memiliki Dana Darurat

Apakah kamu sudah memiliki dana darurat? Memiliki dana simpanan yang siap digunakan kapan saja untuk kebutuhan mendesak adalah hal yang sangat penting dalam mengatur keuangan. 

Idealnya, dana darurat ini harus mencakup sekitar 6 kali total pengeluaran bulanan untuk orang yang masih single, dan 12 kali pengeluaran bulanan untuk pasangan yang belum memiliki tanggungan. 

Jumlah dana darurat ini tentu berbeda-beda, tergantung pada pengeluaran dan jumlah orang yang harus ditanggung. Pastikan kamu menyisihkan sebagian gaji untuk hal-hal yang tidak terduga dan di luar prediksi.

11. Analisis Keuangan

Biasakan untuk mencatat semua pengeluaran agar kamu tahu dengan pasti ke mana uangmu pergi. Setelah itu, lakukan analisis di akhir bulan. 

Dari catatan tersebut, kamu bisa melihat pengeluaran yang sebenarnya tidak terlalu penting dan bisa dikurangi di bulan berikutnya. Dengan cara ini, kamu mungkin bisa memiliki lebih banyak dana untuk ditabung atau diinvestasikan.

Melakukan analisis keuangan setiap bulan sangat penting agar kondisi keuangan semakin baik. Setiap bulan bisa ada perubahan, dan rencana keuangan pun bisa disesuaikan. 

Jika sudah terbiasa, analisis ini akan sangat membantu dalam mengelola keuangan agar lebih sehat dan teratur.

Akibat tidak Bisa Mengatur Gaji

Berikut ini adalah berbagai gangguan fisik maupun mental yang bisa ditimbulkan oleh masalah keuangan akibat tidak bijak mengatur uang:

1. Menderita Stres dan Kecemasan

Seseorang yang memiliki masalah keuangan dapat mengalami stres finansial yang ditandai dengan kekhawatiran berlebih. 

Ia bisa merasa cemas atau stres memikirkan cara membayar hutang atau memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti membeli makanan atau membayar tagihan listrik.

Penelitian menunjukkan bahwa orang yang berhutang berisiko tinggi mengalami depresi atau stres dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki utang. 

Stres yang berkepanjangan karena masalah keuangan juga dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit. 

Ketika seseorang mengalami stres, kadar sel darah putih dalam tubuhnya akan menurun, sehingga tubuh lebih sulit melawan berbagai penyakit, seperti flu, gangguan pencernaan, penyakit jantung, dan diabetes.

2. Mengalami Susah Tidur

Masalah keuangan akibat tidak bijak mengatur uang juga dapat menyebabkan kesulitan tidur (insomnia). Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan masalah keuangan memiliki durasi tidur yang lebih pendek, yaitu kurang dari 7 jam setiap malamnya. 

Sulit tidur ini bisa dipicu oleh rasa khawatir akan utang yang belum dibayarkan atau karena kehilangan pekerjaan.

3. Melakukan Kebiasaan yang tidak Sehat

Untuk mengatasi stres akibat masalah keuangan, banyak orang memilih melakukan kebiasaan yang tidak sehat, seperti mengonsumsi minuman beralkohol, merokok, atau menggunakan obat-obatan terlarang. 

Kebiasaan-kebiasaan tersebut memang bisa memberikan pelarian sementara dari masalah keuangan yang dihadapi. Namun, setelah efeknya hilang, mereka bisa kembali merasa stres atau bahkan lebih tertekan dari sebelumnya. 

Beberapa orang yang mengalami masalah keuangan juga mungkin memiliki pikiran untuk melukai diri sendiri atau bahkan bunuh diri.

4. Mengganggu Keharmonisan Keluarga

Masalah keuangan dapat menimbulkan masalah dalam keluarga, terutama pada pasangan suami istri. Ketegangan finansial yang dihadapi oleh salah satu pihak dapat memicu stres dan pertengkaran yang berimbas pada keharmonisan rumah tangga. 

Oleh karena itu, penting untuk membicarakan kondisi keuangan satu sama lain secara terbuka, baik sebelum maupun saat menjalani pernikahan.

5. Tidak Memiliki Investasi

Investasi sangat penting, namun sayangnya pengetahuan tentang investasi di masyarakat Indonesia masih kurang, sehingga banyak orang yang tidak pernah memikirkan untuk berinvestasi. 

Beberapa orang bahkan menganggap bahwa investasi membutuhkan dana yang besar. Padahal, investasi di reksadana bisa dimulai dengan modal hanya Rp10.000. Jika dilakukan secara rutin, investasi ini bisa memberikan keuntungan yang signifikan di masa depan.

6. Merasa Kesulitan untuk Memenuhi Kebutuhan Darurat

Masalah keuangan juga bisa membuat seseorang kesulitan memenuhi kebutuhan darurat, seperti pelayanan kesehatan. 

Ketika seseorang tidak memiliki cukup uang, ia mungkin akan menunda mendapatkan perawatan medis jika mengalami penyakit serius atau kecelakaan. Hal ini bisa memperburuk kondisi kesehatan dan memperbesar biaya pengobatan di masa depan. 

Oleh karena itu, sangat penting untuk menyisihkan sebagian pendapatan untuk membayar premi asuransi kesehatan, baik yang disediakan oleh pemerintah maupun perusahaan asuransi swasta.

Sebagai penutup, dengan memahami dan menerapkan rumus mengatur gaji yang tepat, kamu bisa mengelola keuangan lebih baik dan mencapai tujuan finansial dengan lebih terencana.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index