JAKARTA - Gabungan Pengusaha Nasional Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (Gapasdap) mengerahkan puluhan kapal penyeberangan di jalur-jalur strategis untuk mengantisipasi gangguan transportasi akibat letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki. Inisiatif ini muncul menyusul penutupan sementara jalur transportasi udara di wilayah Flores serta potensi gangguan mobilitas masyarakat, distribusi logistik, dan sektor pariwisata.
Ketua Umum DPP Gapasdap, Khoiri Soetomo, menyatakan bahwa kesiapsiagaan armada kapal diharapkan menjaga kelancaran aktivitas masyarakat pada masa libur sekolah. “Hal ini untuk menjaga kelancaran mobilitas masyarakat, distribusi logistik, serta dukungan terhadap sektor pariwisata, khususnya di masa libur sekolah,” ujarnya usai melakukan koordinasi di Jakarta, Sabtu 21 JUNI 2025.
Dampak Letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki
Gunung berapi ini kembali meletus pada Jumat 20 Juni 2025, memicu awan panas rendah dan hujan abu yang menyelimuti seputar lereng. Aktivitas seismik menyebabkan terganggunya penerbangan dan mengharuskan bandara di Floresa dan Ruteng ditutup sementara. Keputusan penutupan ini berdampak pada penurunan aksesibilitas wisatawan dan warga lokal.
Menurut data BPBD setempat, ribuan warga terdampak abu vulkanik, menyebabkan risiko pernapasan dan gangguan aktivitas ekonomi. Akibatnya, moda transportasi alternatif seperti kapal menjadi sangat penting.
Koordinasi Gapasdap dengan Pemda dan Instansi Terkait
Gapasdap telah berkoordinasi dengan aparat pemerintah daerah, termasuk BPBD dan gabungan operator pelabuhan, untuk memetakan rute-rute vital yang paling membutuhkan tambahan armada. Sebagai hasilnya, operasional kapal dilanjutkan secara normal, bahkan ditingkatkan, khususnya di area antar pulau di Flores bagian Barat dan Timur.
Selain itu, koordinasi juga dilakukan dengan Dinas Perhubungan dan Basarnas untuk memperkuat penanganan darurat. Posko kapal siaga didirikan di dermaga Labuan Bajo, Larantuka, dan Maumere. Setiap kapal dilengkapi pelampung tambahan, kit medis dasar, dan alur layanan logistik cepat.
Armada Kapal yang Disiagakan
Gapasdap mengungkapkan menyiagakan sekitar 30 kapal tipe sedang dan kecil untuk memperkuat rute-rute padat. Kapal besar dengan kapasitas angkut 150–200 penumpang diarahkan ke rute-rute utama, sementara kapal patok dan kapal perintis menangani rute-rute alternatif.
Setiap armada dilengkapi sistem navigasi modern, alat komunikasi VHF, dan fasilitas kesehatan dasar. Kru kapal mendapatkan pelatihan emergency response untuk menghadapi kondisi cuaca buruk dan abu vulkanik.
Manfaat Bagi Mobilitas dan Pariwisata
Kebijakan penyiagaan ini memberikan keyakinan bahwa sektor wisata, termasuk masyarakat setempat, masih dapat beroperasi meski lalu lintas udara stagnan. Pelaku ekowisata dan paket wisata antar pulau kini memiliki alternatif transportasi laut yang aman dan nyaman.
Menurut Khoiri, dukungan pariwisata laut masih harus dijaga. Kapal menjadi tulang punggung mobilitas bagi wisatawan dan pendukung pariwisata seperti lokal guide, tenaga usaha UMKM, hingga nelayan.
Efek pada Distribusi Logistik Wilayah Terisolasi
Rute-rute antar pulau juga penting untuk distribusi logistik, terutama bahan sembako dan kebutuhan medis. Wasit kapan libur sekolah berjalan, tetapi kebutuhan logistik tetap tinggi. Gapasdap memastikan armada siap dan prioritas logistik tetap berjalan.
Relawan kesehatan dan tanggap darurat juga dapat bergerak cepat melalui rute laut, mengingat akses melalui udara terbatas.
Tantangan Operasional di Tengah Abu Vulkanik
Abu vulkanik yang tersebar luas menyebabkan tantangan navigasi dan kesehatan. Kapal harus melakukan pembersihan rutin pada mesin dan sistem filtrasi, serta menetapkan SOP pelindung kru dan penumpang dari partikel abu.
Beberapa rute sempat berisiko karena visibilitas menurun. Untuk itu, Gapasdap dan otoritas pelabuhan menegaskan aturan navigasi terbatas saat kondisi buruk.
Sistem Siaga dan Pemantauan Harian
Gapasdap memberlakukan sistem pemantauan harian terhadap jalur laut, cuaca, dan status vulkanik. Laporan disampaikan ke Gugus Tugas Nasional Penanggulangan Bencana dan Lalulintas Dasar Laut. Servis kapal dan kesiapan kru juga diverifikasi setiap hari melalui posko bersama Basarnas, BPBD, dan Dishub.
Pendanaan dan Dukungan Pemerintah
Program kapal siaga didukung dana pemerintah, baik dari APBD lokal maupun alokasi nasional untuk subsidi logistik. Pelibatan institusi seperti Kementerian Perhubungan dan Kementerian Pariwisata turut menopang kesiapsiagaan. Khoiri menyatakan bahwa dukungan ini penting agar operasional kapal tidak terbebani biaya tinggi saat melayani daerah terpencil.
Kesinambungan Usaha dan Pengalaman Ke Depan
Menurut Khoiri, kesiagaan ini bukan semata tanggap darurat; namun perlu menjadi model kesiapsiagaan untuk masa depan. Potensi bencana alam lainnya seperti gempa, tsunami, atau letusan gunung lain di Indonesia Timur sangat tinggi. Gapasdap mengusulkan pendirian posko tetap dan rotasi kapal siaga secara reguler.
Gapasdap telah mengambil langkah antisipasi strategis dengan menyiagakan puluhan kapal penyeberangan dan membentuk sistem koordinasi lintas instansi. Ini bukan hanya tentang melayani penumpang, tetapi juga menjaga stabilitas ekonomi, logistik, dan pariwisata di daerah terdampak. Program ini menjadi contoh bagaimana transportasi laut memainkan peran krusial dalam menjamin konektivitas nasional saat terjadinya gangguan rute udara.