BATU BARA

TBS Energi Utama Berupaya Perkuat Lini Bisnis Non Batubara

TBS Energi Utama Berupaya Perkuat Lini Bisnis Non Batubara
TBS Energi Utama Berupaya Perkuat Lini Bisnis Non Batubara

JAKARTA - PT TBS Energi Utama Tbk (kode saham: TOBA), salah satu perusahaan energi nasional, menegaskan komitmennya untuk meninggalkan bisnis berbasis energi fosil dan bertransformasi ke arah bisnis berkelanjutan. Perusahaan ini kini fokus mengembangkan sektor energi terbarukan, pengelolaan limbah (waste management), serta kendaraan listrik sebagai bagian dari strategi dekarbonisasi jangka panjang.

Langkah ini menandai perubahan arah bisnis besar-besaran dari perusahaan yang sebelumnya dikenal sebagai salah satu pelaku utama di industri pembangkit listrik berbasis batu bara di Indonesia.

1. Strategi Transformasi Menuju Bisnis Berkelanjutan

Dalam keterangannya, Direktur TBS Energi Utama, Juli Oktarina, menjelaskan bahwa perusahaannya secara konsisten mengurangi keterlibatan dalam proyek-proyek energi fosil dan mempercepat investasi di sektor hijau. Hal ini dilakukan sejalan dengan komitmen global untuk menurunkan emisi karbon dan mendukung transisi energi bersih.

“Kami terus mengurangi portofolio bisnis yang berkaitan dengan energi fosil sebagai bagian dari respons perusahaan atas tren dekarbonisasi global,” ujar Juli Oktarina.

Menurutnya, perubahan strategi ini tidak hanya didorong oleh kepatuhan terhadap regulasi dan tren pasar global, tetapi juga oleh kesadaran internal perusahaan untuk mengambil peran aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan.

2. Divestasi Aset PLTU sebagai Bukti Nyata

Komitmen TBS Energi Utama untuk keluar dari energi fosil bukan hanya wacana. Perusahaan telah melakukan penjualan aset pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sebagai bagian dari upaya divestasi dari bisnis batu bara.

Langkah ini merupakan bagian dari target perusahaan untuk mencapai net zero emission paling lambat tahun 2030, sebuah target ambisius yang bahkan melampaui rata-rata target perusahaan energi global yang baru menyasar karbon netral pada 2050.

“Divestasi PLTU merupakan langkah strategis yang menandai transisi konkret kami dari energi kotor ke energi bersih,” tambah Juli.

3. Fokus pada Energi Terbarukan dan Limbah

TBS kini memusatkan perhatian pada pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT), termasuk energi surya dan angin, serta pengelolaan limbah sebagai sumber energi alternatif. Proyek-proyek energi terbarukan yang sedang dikembangkan oleh TBS tersebar di berbagai wilayah Indonesia, dengan fokus utama pada efisiensi, keberlanjutan, dan penguatan ekosistem energi hijau.

Di sektor waste management, TBS tidak hanya mengelola limbah padat, tetapi juga sedang mengembangkan teknologi untuk mengubah sampah menjadi energi (waste-to-energy) yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomi tinggi.

Perusahaan juga menyatakan bahwa mereka tengah menjalin kerja sama dengan mitra lokal dan global untuk mempercepat adopsi teknologi mutakhir dalam pengelolaan limbah dan pembangkitan energi hijau.

4. Kendaraan Listrik, Pilar Bisnis Masa Depan TBS

Salah satu pilar penting dalam transformasi bisnis TBS adalah masuknya perusahaan ke sektor kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Seiring meningkatnya kesadaran akan pentingnya kendaraan ramah lingkungan di tengah isu polusi udara dan perubahan iklim, TBS melihat peluang besar untuk berkontribusi dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.

Langkah konkret yang telah dilakukan antara lain meluncurkan merek kendaraan listrik sendiri, serta mengembangkan jaringan pengisian daya (charging station) di kota-kota besar. Perusahaan menargetkan pembangunan ratusan charging station dalam tiga tahun ke depan, sekaligus menggandeng sektor transportasi publik dan logistik untuk mempercepat elektrifikasi kendaraan.

“Pengembangan kendaraan listrik menjadi pilar penting dalam transformasi bisnis kami ke arah green economy,” jelas Juli Oktarina.

5. TBS dan Agenda Dekarbonisasi Global

Transformasi bisnis TBS sejalan dengan agenda dekarbonisasi global yang didorong oleh berbagai organisasi internasional, termasuk PBB, serta komitmen Indonesia dalam Paris Agreement untuk menurunkan emisi gas rumah kaca. Indonesia sendiri telah menetapkan target emisi net zero pada tahun 2060, dan transformasi yang dilakukan oleh pelaku industri seperti TBS dinilai sangat penting untuk mendukung pencapaian target nasional tersebut.

Perubahan arah bisnis TBS ini juga sejalan dengan tuntutan investor dan pemegang saham global yang kini semakin memperhatikan aspek Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam mengambil keputusan investasi.

6. Tantangan dan Prospek ke Depan

Meski transformasi ke bisnis hijau menjanjikan peluang besar, TBS menyadari bahwa pergeseran ini tidak bebas tantangan. Salah satunya adalah tingginya kebutuhan modal awal (capital expenditure) untuk proyek energi terbarukan dan kendaraan listrik, serta perlunya perubahan kultur perusahaan dari sektor tradisional ke sektor teknologi tinggi dan berbasis inovasi.

Namun demikian, TBS optimistis bisa mengatasi tantangan tersebut dengan membangun kemitraan strategis dan terus berinvestasi dalam riset dan pengembangan (R&D).

“Kami percaya bahwa transisi ini bukan hanya penting dari sisi lingkungan, tetapi juga menguntungkan secara ekonomi dalam jangka panjang,” ujar Juli menutup pernyataannya.

7. Reaksi Pasar dan Investor

Langkah TBS meninggalkan bisnis batu bara mendapatkan respons positif dari pasar dan komunitas investor. Sejumlah analis menilai bahwa strategi transformasi ini menjadikan TBS sebagai salah satu emiten energi nasional yang paling progresif dan visioner dalam menghadapi masa depan energi global.

Investor dengan portofolio berbasis ESG juga mulai menunjukkan ketertarikan lebih terhadap saham TOBA yang dinilai akan tumbuh seiring dengan meningkatnya permintaan energi bersih di Asia Tenggara.

Transformasi PT TBS Energi Utama Tbk menuju bisnis berkelanjutan menunjukkan bahwa transisi energi di Indonesia bukan lagi sekadar rencana, tetapi telah masuk dalam tahap pelaksanaan nyata. Dengan langkah-langkah seperti divestasi PLTU, ekspansi ke energi terbarukan, pengelolaan limbah, dan pengembangan kendaraan listrik, TBS memposisikan diri sebagai pemain utama dalam era energi hijau nasional.

Langkah strategis ini tidak hanya mendukung agenda dekarbonisasi nasional dan global, tetapi juga membuka peluang bisnis baru yang lebih tahan terhadap disrupsi pasar energi fosil. Dalam beberapa tahun ke depan, keberhasilan transformasi ini akan menjadi tolok ukur bagi perusahaan lain yang tengah mempertimbangkan langkah serupa.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index