PANAS BUMI

PGE Gandeng Pemkab Muara Enim, Targetkan Swasembada Energi dari Panas Bumi

PGE Gandeng Pemkab Muara Enim, Targetkan Swasembada Energi dari Panas Bumi
PGE Gandeng Pemkab Muara Enim, Targetkan Swasembada Energi dari Panas Bumi

JAKARTA - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) Area Lumut Balai terus menunjukkan komitmennya terhadap pengembangan energi bersih di Indonesia. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah memperkuat kolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Muara Enim dalam rangka percepatan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai Unit 2.

Pertemuan antara PGE dan Pemerintah Kabupaten Muara Enim yang digelar di Rumah Dinas Bupati menjadi momentum penting dalam menyelaraskan visi pembangunan energi terbarukan dan menjamin keberlanjutan proyek geothermal yang berada di Sumatera Selatan tersebut. Turut hadir dalam pertemuan ini jajaran manajemen PGE Area Lumut Balai, termasuk General Manager, manajemen proyek, serta tim HSSE, bersama sejumlah pejabat daerah.

Dalam diskusi strategis tersebut, dibahas secara mendalam progres proyek PLTP Lumut Balai Unit 2, dampak sosial ekonomi terhadap masyarakat sekitar, serta potensi kontribusi pembangkit ini terhadap bauran energi nasional.

Progres Fisik dan Target Operasi Komersial

PGE menargetkan PLTP Lumut Balai Unit 2 yang memiliki kapasitas 55 Megawatt (MW) akan mulai beroperasi secara komersial pada kuartal II tahun 2025. Hingga pertengahan Juni 2025, pembangunan fisik proyek telah mencapai lebih dari 93 persen, dengan sisa pekerjaan mencakup finalisasi dokumen dan penyelesaian teknis lainnya.

Direktur Keuangan PGE, Yurizki Rio, menjelaskan, “Harapannya, pada April atau Mei 2025, aset dari Lumut Balai Unit II ini sebesar 55 MW bisa COD (Commercial Operation Date).”

Keberhasilan realisasi proyek ini akan menyokong pencapaian target jangka menengah perusahaan untuk menambah kapasitas panas bumi nasional hingga 1 Gigawatt (GW) pada periode 2025–2026.

Ketahanan Energi Nasional

Direktur Utama PGE, Julfi Hadi, menyebutkan bahwa PLTP Lumut Balai Unit 2 adalah proyek strategis dalam memperkuat ketahanan energi nasional serta mempercepat transisi menuju energi rendah karbon.

“Dengan tambahan 55 MW, kami semakin dekat dengan target 1 GW, yang akan berkontribusi signifikan terhadap ketahanan energi nasional,” ujar Julfi Hadi.

Ia menambahkan bahwa operasional Unit 2 akan berkontribusi pada pengurangan emisi karbon dioksida (CO?) hingga sekitar 581.784 ton per tahun. Proyek ini juga akan memperkuat posisi Indonesia dalam mencapai target net zero emission pada tahun 2060 dan bauran energi terbarukan sebesar 23 persen pada 2025.

Komitmen Sinergi Regional

Dalam pertemuan tersebut, General Manager PGE Area Lumut Balai, Catur Hendro Utomo, menegaskan pentingnya koordinasi intensif antara pemerintah daerah dan pengelola proyek agar dampak sosial ekonomi yang dihasilkan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.

“Keberhasilan ini merupakan hasil kerja sama yang kuat… yang tidak hanya memungkinkan kami melampaui target, tetapi juga menempatkan Area Lumut Balai sebagai bagian penting dalam menciptakan manfaat bagi masyarakat sekitar,” kata Catur.

PGE menilai sinergi ini tidak hanya penting dari sisi teknis, namun juga sebagai upaya memperkuat dukungan masyarakat terhadap proyek-proyek energi bersih di daerah mereka.

Dampak Sosial Ekonomi untuk Masyarakat

Pembangunan PLTP Lumut Balai Unit 2 diyakini akan memberikan dampak ekonomi langsung bagi masyarakat Kabupaten Muara Enim, baik dari sisi pembukaan lapangan kerja maupun berkembangnya sektor-sektor pendukung seperti jasa transportasi, makanan, dan layanan konstruksi.

Selain itu, keberadaan proyek ini juga berpotensi meningkatkan infrastruktur dan kesejahteraan masyarakat di sekitar area pengembangan panas bumi. Pemerintah daerah bersama PGE tengah menyusun langkah mitigasi sosial guna memastikan bahwa pengembangan proyek tidak berdampak negatif pada aktivitas masyarakat dan lingkungan sekitar.

Pendanaan dan Kemitraan Internasional

PLTP Lumut Balai Unit 2 merupakan proyek strategis nasional yang melibatkan kerja sama dengan sejumlah pihak internasional. Di antaranya adalah Mitsubishi Corporation dari Jepang, SEPCO III asal Tiongkok, serta PT Wijaya Karya (WIKA). Proyek ini juga mendapatkan pendanaan dari Japan International Cooperation Agency (JICA) sebesar 155 juta dolar AS.

Total nilai investasi proyek mencapai sekitar 700 juta dolar AS atau setara Rp10,5 triliun. Groundbreaking Unit 2 telah dilaksanakan sejak Desember 2023 dan pembangunan terus dikebut agar target operasi pada 2025 dapat tercapai.

Strategi Jangka Panjang Menuju 1 GW

PGE memiliki peta jalan ekspansi yang jelas untuk mencapai total kapasitas panas bumi sebesar 1 GW dalam dua tahun ke depan, serta memperluasnya hingga 3 GW dalam lima hingga enam tahun mendatang. Selain Lumut Balai, proyek lain yang masuk dalam rencana ini adalah pengembangan Hululais Unit 1 dan 2 (110 MW), Hululais Binary Unit (60 MW), serta ekspansi di Ulubelu (40 MW) dan Lahendong (35 MW).

Standar K3 dan Komitmen Lingkungan

PGE menerapkan standar HSSE (Health, Safety, Security, and Environment) yang ketat dalam seluruh tahapan proyek. Hal ini merupakan bagian dari upaya menjaga keselamatan pekerja serta kelestarian lingkungan hidup.

“Keselamatan adalah tanggung jawab bersama… setiap individu… harus memastikan seluruh aspek HSSE dijalankan sesuai pedoman,” tegas Achmad Sri Fadli selaku Project Manager.

PGE juga konsisten meraih penghargaan PROPER Emas dari pemerintah selama lebih dari satu dekade sebagai bukti komitmennya terhadap kelestarian lingkungan dan tanggung jawab sosial perusahaan.

Persiapan Operasional Sebelum COD

Menjelang operasi komersial, PGE terus melakukan pengujian terhadap sistem teknis dan infrastruktur pendukung. Mekanikal proyek telah selesai sejak akhir 2024 dan kini fokus pada tahap commissioning.

Selain kesiapan teknis, PGE juga menjamin bahwa jaringan distribusi listrik yang terhubung dengan sistem PLN akan siap menerima pasokan listrik dari PLTP Lumut Balai Unit 2. Adapun tarif PPA (Power Purchase Agreement) untuk proyek ini ditetapkan sebesar 7,53 dolar AS per kWh.

Dampak Jangka Panjang dan Masa Depan Energi

Dengan tambahan 55 MW dari Unit 2, maka total kapasitas PLTP Lumut Balai akan meningkat menjadi 110 MW, cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik sekitar 55.000 rumah tangga. Hal ini menjadi bagian penting dalam upaya mengurangi ketergantungan pada pembangkit listrik berbasis bahan bakar fosil.

Selain itu, investasi besar ini memperkuat ekosistem industri hijau nasional dan membuka peluang bagi Indonesia untuk menjadi eksportir energi bersih di masa depan.

Pertemuan sinergis antara PT Pertamina Geothermal Energy Area Lumut Balai dan Pemerintah Kabupaten Muara Enim membuktikan bahwa kerja sama lintas sektor sangat penting dalam mewujudkan transisi energi yang adil dan inklusif. Dengan target operasi Unit 2 pada pertengahan 2025, proyek ini akan menjadi tonggak baru dalam sejarah pengembangan geothermal nasional, sekaligus pendorong utama Indonesia menuju ketahanan energi dan keberlanjutan lingkungan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index