JASA MARGA

Tol Cipularang Terancam Pergerakan Tanah, Begini Penjelasan Jasa Marga

Tol Cipularang Terancam Pergerakan Tanah, Begini Penjelasan Jasa Marga
Tol Cipularang Terancam Pergerakan Tanah, Begini Penjelasan Jasa Marga

JAKARTA - Pergerakan tanah yang terjadi di Kampung Cigintung dan Sukamulya, Desa Pasirmunjul, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, telah menyebabkan kerusakan signifikan pada puluhan rumah warga dan mengancam infrastruktur vital nasional, termasuk Jalan Tol Cipularang yang hanya berjarak sekitar satu kilometer dari lokasi terdampak.

Kondisi Terkini di Lokasi Bencana

Bencana pergerakan tanah ini pertama kali terjadi pada Rabu malam, 11 Juni 2025, dan sejak itu dampaknya semakin meluas. Puluhan rumah warga mengalami kerusakan parah, dengan beberapa di antaranya bahkan rata dengan tanah. Sebanyak 41 rumah dilaporkan rusak, dengan rincian 2 rumah rusak berat, 3 rumah rusak sedang, dan sisanya rusak ringan. Akibatnya, ratusan warga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman, seperti saung atau rumah kerabat, karena khawatir rumah mereka ambruk sewaktu-waktu.

Lilis Hernawati, salah seorang warga, mengungkapkan, "Awalnya hanya retakan kecil, tapi makin ke sini makin besar. Bahkan lantai rumah saya ambles. Padahal rumah ini baru saja saya renovasi dengan biaya puluhan juta rupiah." Selvi, warga lainnya, menambahkan, "Kami takut kalau rumah ambruk. Jadi kami mengungsi ke rumah orang tua." Kondisi serupa juga dialami oleh warga lainnya yang rumahnya mengalami retakan akibat pergerakan tanah yang makin intens.

Analisis Geologi dan Potensi Ancaman

Berdasarkan analisis dari Badan Geologi, pergerakan tanah di wilayah ini termasuk jenis rayapan, yang ditandai dengan munculnya retakan pada permukaan tanah dan bangunan. Gerakan tanah ini bergerak lambat namun sering menimbulkan dampak yang luas. Kepala Badan Geologi, M. Wafid, menjelaskan, "Gerakan tanah tersebut telah menyebabkan kerusakan pada 48 rumah, dengan rincian 41 rumah mengalami kerusakan ringan, lima rusak sedang, dan dua rusak berat." Ia juga menambahkan bahwa daerah terdampak berada pada perbukitan dengan kemiringan lereng yang tergolong agak curam hingga curam, dengan ketinggian mencapai 370 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Fenomena ini mengundang perhatian karena berpotensi meluas, terutama saat hujan turun. Warga terdampak berharap ada tindak lanjut dari pemerintah, termasuk upaya relokasi atau perbaikan rumah melalui bantuan tanggap darurat.

Dampak terhadap Infrastruktur Vital: Tol Cipularang

Selain merusak rumah warga, pergerakan tanah ini juga mengancam infrastruktur vital nasional, khususnya Jalan Tol Cipularang. Tol Cipularang merupakan salah satu jalur utama yang menghubungkan Jakarta dan Bandung, dan memiliki peran penting dalam mendukung perekonomian serta mobilitas masyarakat.

Meskipun pergerakan tanah saat ini belum mencapai tol, namun jaraknya yang hanya sekitar satu kilometer dari lokasi terdampak membuat potensi ancaman semakin nyata. Pihak berwenang, termasuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purwakarta dan BPBD Provinsi Jawa Barat, telah melakukan pemantauan dan penanganan darurat untuk mengurangi risiko terhadap infrastruktur tersebut.

Tanggapan Pemerintah dan Jasa Marga

Hingga saat ini, pihak Jasamarga Metropolitan Tollroad Regional Division selaku pengelola Tol Cipularang belum memberikan tanggapan resmi terkait potensi dampak pergerakan tanah ini terhadap infrastruktur tol. Namun, sebelumnya, Jasamarga telah melakukan pemeliharaan perkerasan jalan di ruas Tol Cipularang pada bulan Maret 2025 guna meningkatkan keamanan dan kenyamanan pengguna jalan. Pemeliharaan tersebut dilakukan bersama dengan PT Jasamarga Tollroad Maintenance selaku service provider pemeliharaan jalan tol.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui BPBD Jabar dan Dinas Kesehatan Jabar juga bergerak cepat dalam menangani masyarakat yang terdampak bencana pergerakan tanah di Purwakarta. Sebanyak nyaris 250 jiwa harus mengungsi akibat pergerakan tanah di Kampung Cigintung, Desa Pasirmulya, Kecamatan Sukatani, Purwakarta.

Langkah-Langkah Penanganan dan Antisipasi

Pemerintah daerah bersama dengan BPBD Kabupaten Purwakarta telah melakukan beberapa langkah penanganan, antara lain:

Melakukan pendataan kerusakan rumah dan fasilitas umum akibat pergerakan tanah.

Mendirikan posko pengungsian dan menyediakan kebutuhan dasar bagi warga terdampak.

Melakukan pemantauan intensif terhadap kondisi tanah dan cuaca di wilayah terdampak.

Berkoordinasi dengan Badan Geologi untuk mendapatkan rekomendasi teknis terkait penanganan pergerakan tanah.

Selain itu, masyarakat diimbau untuk selalu waspada terhadap potensi bencana alam, terutama saat musim hujan, dan segera melapor ke pihak berwenang jika menemukan tanda-tanda pergerakan tanah di lingkungan sekitar.

Pergerakan tanah yang terjadi di Purwakarta telah menimbulkan dampak signifikan bagi warga dan mengancam infrastruktur vital nasional seperti Tol Cipularang. Pemerintah daerah bersama dengan BPBD dan instansi terkait lainnya telah melakukan langkah-langkah penanganan darurat untuk mengurangi dampak bencana ini. Namun, perhatian dan kerjasama dari semua pihak, termasuk Jasamarga sebagai pengelola Tol Cipularang, sangat diperlukan untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan serta warga sekitar.

Dengan adanya upaya bersama, diharapkan pergerakan tanah ini dapat segera tertangani dan tidak menimbulkan dampak lebih lanjut yang merugikan masyarakat dan infrastruktur nasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index