PELNI

Minimnya Penumpang Jadi Pertimbangan Pelni Belum Membuka Rute Tarakan Surabaya

Minimnya Penumpang Jadi Pertimbangan Pelni Belum Membuka Rute Tarakan Surabaya
Minimnya Penumpang Jadi Pertimbangan Pelni Belum Membuka Rute Tarakan Surabaya

JAKARTA - PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) Cabang Tarakan masih belum membuka rute pelayaran langsung dari Tarakan ke Surabaya. Penyebab utama adalah rendahnya minat penumpang untuk menggunakan layanan tersebut. Hingga saat ini, keputusan pembukaan rute tersebut masih dalam tahap pertimbangan dan koordinasi bersama pihak pusat dan Kementerian Perhubungan.

Kepala PT Pelni Cabang Tarakan, Fredy Ronny Masengi, mengonfirmasi bahwa hingga Selasa 10 JUNI 2025, belum ada keputusan final mengenai pengoperasian rute Tarakan–Surabaya. Menurutnya, segala proses masih berada dalam ranah koordinasi antara Pelni pusat dan otoritas perhubungan laut.

“Terakhir kami koordinasi dengan tim dari Divisi Operasi kami di pusat, mereka lagi koordinasikan dengan Kementerian Perhubungan Laut,” ujar Fredy kepada awak media.

Rendahnya Minat Penumpang Jadi Penghambat Utama

Keputusan untuk belum membuka rute ini bukan tanpa alasan. Berdasarkan kajian internal PT Pelni, jumlah calon penumpang yang tertarik bepergian langsung dari Tarakan ke Surabaya melalui jalur laut masih tergolong sangat rendah. Padahal, rute ini diharapkan dapat menjadi salah satu jalur alternatif yang strategis, menghubungkan Kalimantan Utara dengan Jawa Timur, dua wilayah penting dalam jalur perdagangan dan mobilitas masyarakat.

Fredy menegaskan bahwa Pelni tidak akan sembarangan membuka rute baru tanpa adanya potensi penumpang yang memadai. Hal ini penting untuk menjamin kelangsungan operasional kapal dan efisiensi biaya.

“Kami juga harus memperhitungkan keekonomian dari jalur tersebut. Kalau penumpangnya tidak banyak, ya kapal bisa rugi,” jelas Fredy.

Proses Koordinasi dengan Kementerian Masih Berlangsung

Meskipun permintaan pasar belum menggembirakan, PT Pelni tetap membuka opsi pengoperasian rute tersebut apabila terdapat dukungan kebijakan dari Kementerian Perhubungan, khususnya Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Menurut Fredy, diskusi teknis tengah berlangsung dan mencakup evaluasi potensi rute, kapasitas pelabuhan, hingga ketersediaan armada kapal.

“Segala keputusan akan menunggu hasil koordinasi dari pusat, karena berkaitan langsung dengan alokasi armada dan izin rute,” tambahnya.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun secara lokal PT Pelni Cabang Tarakan siap secara administratif dan operasional, namun kewenangan akhir tetap berada di tingkat pusat.

Rute Strategis, Namun Belum Diminati

Rute pelayaran Tarakan–Surabaya dinilai strategis karena berpotensi menghubungkan wilayah utara Kalimantan dengan salah satu pelabuhan tersibuk di Indonesia. Jika dibuka, rute ini dapat mempercepat distribusi barang dan mempermudah mobilitas masyarakat antarwilayah.

Namun, minimnya animo masyarakat untuk menggunakan kapal laut sebagai moda utama menuju Surabaya menjadi faktor utama keterlambatan realisasi. Saat ini, masyarakat cenderung memilih jalur udara yang dianggap lebih cepat dan praktis, meskipun dari sisi biaya cenderung lebih mahal.

Hal ini diakui Fredy sebagai tantangan tersendiri. Ia menyebutkan bahwa untuk mendorong rute ini menjadi populer, dibutuhkan strategi pemasaran yang kuat serta harga tiket yang kompetitif.

“Kalau kami hanya buka rute tanpa edukasi dan promosi ke masyarakat, ya akan sulit berkembang,” ujarnya.

Dukungan Pemerintah Daerah Diperlukan

Untuk mendorong pembukaan rute ini, Pelni juga berharap adanya dukungan dari pemerintah daerah. Peran pemerintah lokal sangat penting dalam menciptakan iklim transportasi laut yang sehat dan kompetitif, termasuk mendorong BUMD atau pelaku usaha lokal untuk memanfaatkan moda laut sebagai jalur logistik.

Fredy mengatakan, “Kami sangat terbuka jika ada kolaborasi dari Pemda, misalnya melalui subsidi atau dukungan promosi agar masyarakat mengetahui adanya pilihan transportasi laut yang lebih terjangkau.”

Efek Terhadap Perekonomian Daerah

Apabila rute Tarakan–Surabaya resmi dibuka, dampaknya akan terasa signifikan pada sektor ekonomi, terutama perdagangan antarwilayah, distribusi barang kebutuhan pokok, serta pariwisata. Dengan hadirnya jalur laut ini, beban transportasi udara juga dapat dikurangi dan menjadi solusi bagi pelaku usaha kecil menengah yang membutuhkan moda pengiriman lebih murah.

Transportasi laut juga dianggap lebih ramah lingkungan dan efisien dalam membawa barang dalam jumlah besar, sehingga pembukaan rute ini bisa menjadi titik balik bagi konektivitas antarwilayah di Indonesia Timur.

Menunggu Keputusan: Kapan Rute Ini Akan Dibuka?

Hingga berita ini diturunkan, belum ada jadwal pasti kapan rute Tarakan–Surabaya akan mulai beroperasi. Namun, Fredy menegaskan bahwa pihaknya siap setiap saat jika keputusan pusat sudah turun. Kesiapan armada, fasilitas pelabuhan, dan SDM telah menjadi perhatian Pelni Cabang Tarakan sejak wacana ini muncul.

“Begitu surat keputusan dan izin dari pusat turun, kami akan segera menyesuaikan operasional. Saat ini kami sudah petakan semua kemungkinan,” pungkas Fredy.

Situasi ini menggambarkan betapa pentingnya koordinasi lintas sektor dalam membuka rute pelayaran baru. PT Pelni sebagai operator pelayaran nasional tidak dapat bergerak sendiri tanpa adanya dukungan dari kementerian dan animo masyarakat. Rute Tarakan–Surabaya mungkin strategis di atas kertas, namun tanpa minat penumpang yang cukup dan dukungan penuh dari pihak terkait, pembukaannya akan terus tertunda.

Pemerintah daerah dan pelaku industri diharapkan turut berperan aktif agar inisiatif konektivitas laut ini benar-benar bisa dimanfaatkan maksimal. Dengan sinergi antara pusat dan daerah, serta keterlibatan aktif masyarakat, transportasi laut bisa kembali menjadi tulang punggung logistik nasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index