Harga Minyak Dunia Naik Imbas Ketegangan Baru Israel Iran

Senin, 16 Juni 2025 | 08:10:05 WIB
Harga Minyak Dunia Naik Imbas Ketegangan Baru Israel Iran

JAKARTA - Harga minyak mentah dunia kembali melonjak pada awal perdagangan di pasar Asia, Senin 16 JUNI 2025, setelah terjadi saling serangan antara Israel dan Iran pada hari Minggu. Ketegangan geopolitik yang semakin meningkat di kawasan Timur Tengah ini memicu kekhawatiran pelaku pasar akan terganggunya pasokan energi global, terutama dari kawasan penghasil minyak terbesar dunia.

Konflik yang memanas antara dua kekuatan regional tersebut memperkuat sentimen risiko di pasar energi dan memperbesar kemungkinan disrupsi logistik pengiriman minyak. Kenaikan harga minyak kali ini juga memperlihatkan bagaimana pasar merespons dengan cepat terhadap setiap ancaman terhadap stabilitas kawasan Timur Tengah, yang selama ini menjadi tulang punggung pasokan minyak global.

Lonjakan Harga Minyak Akibat Ketegangan Geopolitik

Harga minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Agustus tercatat naik sebesar 2,1% ke posisi USD 87,60 per barel pada perdagangan pagi waktu Asia. Sementara itu, minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami kenaikan sebesar 1,9%, diperdagangkan pada level USD 83,45 per barel. Kenaikan ini menjadi yang tertinggi dalam dua pekan terakhir dan menunjukkan kekhawatiran pasar atas kemungkinan memburuknya kondisi di kawasan Teluk.

Analis energi dari EnergyWatch Institute, Daryl Chan, menyatakan bahwa pasar bereaksi sangat cepat terhadap potensi eskalasi yang terjadi di antara Israel dan Iran. “Setiap kali terjadi konfrontasi langsung antara dua negara ini, dampaknya terasa langsung ke harga minyak karena potensi gangguan di jalur pengiriman utama seperti Selat Hormuz,” ungkap Daryl Chan dalam laporan riset paginya.

Konflik Israel-Iran Membayangi Stabilitas Timur Tengah

Pada hari Minggu 15 MEI 2025, media internasional melaporkan adanya saling serangan antara Israel dan Iran, di mana keduanya meluncurkan rudal ke wilayah masing-masing. Meski belum ada konfirmasi mengenai jumlah korban jiwa secara pasti, aksi balasan ini menandai peningkatan tajam dalam eskalasi militer antara dua negara tersebut, yang sebelumnya lebih sering terjadi melalui proksi atau operasi terselubung.

Kawasan Timur Tengah, yang menjadi pusat produksi sekitar 30% pasokan minyak dunia, kini kembali berada dalam sorotan global. Iran sendiri merupakan salah satu negara dengan cadangan minyak terbesar di dunia dan anggota aktif dalam Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Ketegangan militer yang melibatkan Iran berpotensi memicu gangguan serius terhadap kegiatan produksi dan distribusi minyak.

“Kekhawatiran utama pasar adalah jika konflik ini menyebar dan melibatkan negara-negara lain di kawasan Teluk, maka risiko terhadap jalur distribusi global, terutama Selat Hormuz, akan meningkat tajam,” kata analis geopolitik dan energi dari Lembaga Riset Timur Tengah (Middle East Research Institute), Firas Al-Muhajir.

Selat Hormuz Jadi Titik Rawan

Selat Hormuz yang terletak di antara Iran dan Oman merupakan salah satu jalur pelayaran tersibuk untuk ekspor minyak dunia, dengan sekitar 20 juta barel minyak melewati wilayah ini setiap harinya. Ketegangan militer di kawasan tersebut dapat berdampak besar terhadap arus pengiriman dan memicu lonjakan harga energi secara global.

Pasar mencemaskan bahwa jika Iran memutuskan untuk membalas serangan Israel dengan cara mengganggu atau menutup akses Selat Hormuz, maka harga minyak bisa melonjak lebih tinggi lagi. Situasi seperti ini pernah terjadi pada beberapa dekade lalu, di mana ketegangan di Selat Hormuz menyebabkan lonjakan harga minyak yang berdampak langsung pada inflasi global.

Dampak Terhadap Pasar Global dan Energi Dunia

Kenaikan harga minyak ini tidak hanya berdampak pada sektor energi, tetapi juga memberikan tekanan tambahan pada kondisi makroekonomi global. Negara-negara pengimpor minyak, termasuk banyak negara berkembang, menghadapi risiko meningkatnya biaya bahan bakar dan tekanan terhadap neraca pembayaran mereka.

Banyak ekonom memperingatkan bahwa konflik berkepanjangan di Timur Tengah bisa memperburuk prospek pemulihan ekonomi global pasca-pandemi dan mempercepat laju inflasi di berbagai belahan dunia.

“Setiap kenaikan harga minyak dalam jangka waktu yang lama akan langsung berdampak pada harga komoditas lain, logistik, hingga biaya produksi industri,” ujar ekonom senior dari Global Economic Outlook Institute, Maria Tan. Ia juga menambahkan bahwa lonjakan harga energi bisa memicu tekanan inflasi yang tidak diharapkan oleh banyak bank sentral di dunia yang saat ini sedang berupaya menstabilkan suku bunga.

Reaksi Pemerintah dan Pelaku Pasar

Sejumlah pemerintah di Asia dan Eropa mulai mengamati ketat perkembangan situasi di Timur Tengah. Jepang, salah satu negara importir minyak terbesar di dunia, menyatakan keprihatinannya terhadap eskalasi konflik Israel-Iran dan menyerukan agar kedua pihak menahan diri untuk menghindari dampak ekonomi yang lebih luas.

Sementara itu, investor global mulai mengalihkan portofolio mereka ke aset yang lebih aman, seperti emas dan dolar AS. Imbal hasil obligasi pemerintah AS juga mengalami penurunan akibat meningkatnya permintaan dari investor yang mencari perlindungan terhadap risiko geopolitik.

Di sisi lain, perusahaan-perusahaan minyak besar seperti ExxonMobil, BP, dan Saudi Aramco dilaporkan tengah memantau ketat perkembangan situasi untuk menyesuaikan strategi operasional dan pengiriman mereka.

Outlook Jangka Pendek Harga Minyak

Analis memprediksi harga minyak akan tetap tinggi dalam beberapa hari ke depan jika tidak ada tanda-tanda deeskalasi dari kedua pihak. Pelaku pasar akan terus mengikuti perkembangan geopolitik serta kemungkinan intervensi dari negara-negara besar, termasuk Amerika Serikat dan Rusia, dalam menengahi konflik ini.

“Kami melihat bahwa jika konflik ini berlarut, harga Brent bisa menyentuh level psikologis USD 90 per barel dalam waktu dekat,” ujar Daryl Chan. Ia menambahkan bahwa pasar saat ini sangat sensitif terhadap berita-berita terkait keamanan pasokan minyak dari kawasan Timur Tengah.

Kenaikan harga minyak pada Senin 16 MEI 2025 merupakan dampak langsung dari memanasnya ketegangan antara Israel dan Iran. Pasar global menunjukkan reaksi cepat atas kekhawatiran terganggunya pasokan minyak dari kawasan Timur Tengah, yang merupakan pusat produksi dan distribusi minyak dunia. Dengan potensi disrupsi pada jalur vital seperti Selat Hormuz, dunia kini kembali menghadapi risiko krisis energi jika konflik tidak segera mereda.

Sementara harga minyak terus merangkak naik, para pengambil kebijakan global dihadapkan pada dilema besar: menjaga stabilitas ekonomi di tengah ancaman geopolitik yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda.

Terkini

ASUS Vivobook Pro 16X OLED N7601, Laptop Kreator Andal 2024

Rabu, 10 September 2025 | 15:45:30 WIB

Huawei MatePad 11, Tablet Murah dengan Layar Keren

Rabu, 10 September 2025 | 15:45:26 WIB

Huawei Rilis Pura 80 Series, Andalkan Kamera Canggih

Rabu, 10 September 2025 | 15:45:18 WIB

Review Acer Nitro 16, Laptop Gaming 16 Inci Bertenaga

Rabu, 10 September 2025 | 15:45:13 WIB